Saturday, August 4, 2012

TEST DRIVE NEW FORD RANGER


Selama hampir 20 tahun, Ford Ranger telah menjadi salah satu pick up terpopuler Ford di dunia. Jutaan pelanggan dari seluruh wilayah di dunia menyanjung kemampuan pick up ini. Resep rahasianya adalah tampang gagah, bertenaga dan bertorsi raksasa, memiliki kemampuan jelajah beragam medan yang tiada bandingnya, dan tidak gampang rusak. Tapi, semua itu tidaklah cukup bagi Ford. Bagi mereka, pick up juga harus hemat BBM layaknya sebuah hatchback, cukup nyaman dan memiliki perangkat keselamatan melimpah untuk sebuah keluarga bagai sebuah MPV, serta mudah dikendalikan layaknya sebuah sports car. Ketiga hal inilah yang ingin disampaikan Ford Motor Indonesia saat mengundang saya untuk melakukan uji coba global pertama Ford Ranger di dunia. Bertempat di Adelaide, akhir September silam, kami membesut pick up melewati beragama medan, mulai dari jalan aspal halus, permukaan gravel, hingga medan offroad. Singkat cerita, setelah menempuh perjalanan udara selama 6 jam lebih menuju Adelaide, all new Ford Ranger akhirnya berada di depan kami. Sosoknya besar, terlihat tangguh dan gagah.



SEPERTI APA?
Proyek Ranger terbaru mulai dikerjakan tahun 2004, dan dimulai dari nol, atau dengan kata lain, Ranger terbaru adalah spesies yang berbeda dari pendahulunya. Sebuah hasil dari seleksi alam nan ganas sehingga menyisakan spesies terbaik yang mampu bertahan. Mampu bertahan. Itulah kata kuncinya. Di Indonesia, pasar double cab tidak lagi dikuasai oleh Ford Motor Indonesia. Pasar potensial ini dikuasai oleh Mitsubishi dengan Mitsubishi Strada Triton (total penjualan). Padahal ketika diluncurkan tahun 2001 silam, Ford Ranger adalah raja double cab (total penjualan). Kunci keberhasilan Triton terletak pada desain yang lebih menarik dan jumlah pilihan mesin yang mereka jual (2,5 2,8, dan 3,0 liter), sementara Ranger hanya tersedia dua pilihan mesin saja yakni, 2,5, dan 3,0 liter. Sebagai gambaran total penjualan Triton tahun 2010 mencapai 6.169 unit sementara Ranger menyusul di tempat kedua dengan 5.651 unit.

Saya (ketiga dari kiri) bersama rekan
Nah, agar mampu membalikkan kondisi tersebut, tim Ford Australia diberikan beban untuk merancang Ford Ranger terbaru. Oleh mereka, Ford Ranger diberikan fitur-fitur serupa kompetitornya seperti Toyota Hilux, termasuk jendela belakang tunggal, posisi pilar-b yang tipis dan diletakkan jauh di belakang, serta lokasi penyimpanan di bawah jok bagian belakang. Selain itu, Ranger juga mengadaptasi desain Nissan Navara dengan sudut pintu yang lebar saat dibuka, ruang kaki, dan kepala, serta lokasi penyimpanan di belakang jok baris kedua Ford Ranger memiliki panjang badan 5.351 mm, lebar 1.850 mm, dan tinggi 1.821 mm.

Dimensi ini lebih panjang, lebar, dan tinggi dari Mitsubishi Strada Triton (panjang 5.115, lebar 1.800, dan tinggi 1.810 mm). Jika kita bandingkan dengan Toyota Hilux berdimensi 5.260 x 1.835 x 1.850 (pxlxt), Ranger juga masih lebih panjang, lebar, namun kalah tinggi. Lalu, bagaimana jika dimensinya dibandingkan dengan Nissan Navara? Hasilnya, Ford Ranger lebih panjang (5.230 berbanding 5.351 mm), lebih tinggi (1.821 berbanding 1780 mm), namun memiliki lebar yang sama (1.850 mm).Perbedaan dimensi tersebut bertujuan memberi kenyamanan ekstra serta pengendalian lebih baik ketimbang rival-rival terberatnya itu di Indonesia. Ranger terbaru akan dijual dengan beberapa pilihan yakni: varian ‘double cabin’, ‘single-cab’, dan ‘super-cab’ (lebih kecil dari double cab).

Untuk pilihan mesinnya tersedia mulai dari 2.2 liter Duratorq turbodiesel empat silinder bertenaga 147,4 hp dengan torsi 375 Nm, 3,2 liter Duratorq turbodiesel bertenaga 196,9 hp dengan torsi 470 Nm, dan 2,5 liter bensin 2.5 liter Duratec empat silinder bertenaga 163,4 hp dengan torsi 225 Nm. Kesemua mesin ini dipadukan dengan transmisi 6-speed. Bak Ranger mampu dijejali beban 1.500 kg, dengan kemampuan towing terbaik di kelasnya yakni 3.350 kg untuk varian diesel, dan 2200 kg untuk model bensin. Ukuran baknya adalah 1.549 mm dan lebar 1.560 mm (double cab).

Untuk versi ‘single cab’ memiliki panjang 1.847mm, dan lebarnya serupa varian d-cab. Ranger dibangun di atas chassis tangga (ladder frame) yang lebih kaku ketimbang pendahulunya, dan juga 10 persen lebih kaku dari Hilux, kompetitor terberat Ranger di Australia. Ranger juga dapat melalui air setinggi 800 mm untuk varian 4x4 dan 4x2 high rider, dan 600 mm untuk varian 4x2. Memaksimalkannya intake snorkel akan disediakan sebagai aksesoris.

SARAT FITUR 
Guna memuluskan langkah menjadi nomor satu, Ford memperjelas penetrasi pada pasar baru di luar segmen fleet yang secara tradisional disasar oleh Ford terdahulu. Ini tampak jelas dari interior, fitur-fitur, dan teknologinya. Kami mulai dari interiornya. Ford berusaha untuk menjadikan interior Ranger multi guna sehingga memiliki tempat penyimpanan lebih dari 20 tempat, termasuk di bawah tempat duduk bagian belakang. Anda juga dapat menyimpan laptop di glove boks.

Masih di konsol tengah, di sana terletak AC dengan climate control individual (XLT), kontrol audio dan layar informasi 4,2 inci. Di lingkar kemudi terpasang ‘cruise control’ dan ‘remote audio’, pengaktif ‘Bluetooth’ untuk hubungan telepon tanpa kabel, dan ‘voice control’. Sementara itu, sebuah layar digital di antara speedometer dan tachometer akan memberi informasi mengenai konsumsi BBM hingga temperatur di luar kabin. Kemudi dapat Anda atur sudut kemiringannya, namun tidak dapat diatur jangkauannya. Terplikasi pula fitur audio dengan kemampuan memutar CD hingga iPod ready.

Sementara pada perangkat keselamatannya tersemat rem dengan ABS (Advance Brake System), DSC (Dynamic Stability Control), ‘Trailer Sway Control’ dan ‘Hill Descent Control’, untuk memudahkan pengemudi mengontrol mobilnya. Melengkapinya, tersedia airbags tirai, ‘thorax’, dan depan.

KEMAMPUAN ON-ROAD 
Tidak ada langkah paling tepat untuk menguji performa double cabin 4x4, selain menerjunkannya ke medan off-road. Namun, Ford Ranger tentu tidak sepenuhnya dipakai di medan off-road. Karenanya, kami juga menguji performanya di jalan aspal. Saat tidak dalam mode 4x4. Ranger XLT bermesin 3,2-liter DOHC in-line, empat silinder, ‘common-rail electronic injection’, ‘turbocharged’ mampu menghasilkan 196,9 hp dengan torsi 470 Nm. Daya ini dialirkan ke roda belakang melalui transmisi otomatis ‘6-speed’. Mesin ini memiliki torsi yang cukup besar bahkan jika dibandingkan dengan Mitsubishi Triton ‘double cab’ Exceed MT. Triton yang bermesin 2,5 liter lengkap dengan imbuhan ‘turbointercooler’, ‘common rail’ ini, hanya mampu menghasilkan tenaga 136 hp pada 3.500 rpm dengan torsi 314 Nm pada 2.000 rpm. Sementara Isuzu D-Max berme­sin 3,0 liter dilengkapi dengan turbo dan intercooler, memiliki tenaga maksimum 130 hp pada 3.800 rpm. Sedangkan torsi maksimumnya 280 Nm pada 2.000 rpm.


Lalu bagaimana jika dibandingkan dengan Hilux? Toyota Hilux 3,0 liter memiliki tenaga yang lebih kecil Ranger (163 hp berbanding 154,1 hp), begitu juga torsinya. Keunggulan dari segi tenaga dan torsi ini amat terasa saat berakselerasi, menyusul mobil lain di depan kami, hingga saat melahap jalan berbukit di sekitar Adelaide. Kelebihan ini masih ditunjang oleh ketepatan kemudi, pengendalian, pengendaraan dan posisi mengemudi yang cukup baik. Tingkat kebisingan, getaran dan kekasaran juga cukup baik. Aplikasi suspensi ‘double wishbone’ dengan ‘stabilizer’, membuat kami dengan mudah melakkukan manuver cukup ekstrim (hingga buritan Ranger bergeser) di atas gravel. ‘Counter steering’ juga tak sulit karena Ford mengubah system recirculating ball, menjadi rack-and-pinion. Melengkapinya dipakai power steering hidrolis.

KEMAMPUAN OFF ROAD
Ranger adalah off-roader tradisional sejati. Setidaknya itulah kata Ford, guna membuktikannya, kami diajak berjibaku dengan alam liar Australia di wilayah Flider Ranges di wilayah Australia Selatan. Berbekal differensial depan, dan gardan belakang yang baru, serta imbuhan final gear rasio lebih rendah ketimbang pendahulunya (dahulu 3,72 berbanding 3,73) berkontribusi pada kemampuan offroad terbaik. Perpindahan mode 4x2 ke 4x4 dapat dilakukan dengan cara memutar ‘knob’ yang berada di konsol tengah (shift on the fly juga) juga cukup memudahkan kami, namun kami harus berhenti untuk memilih mode ‘low range’.

Tak sulit menaklukkan medan berat

Tersedia pula pengunci differensial belakang sebagai fitur standar untuk membantu kita saat melewati medan berat. Ranger sudah dilengkapi dengan hill-descent control, yang akan menjaga kecepatan mobil di 7 km/jam saat menuruni jalan nan terjal/ bukit. Namun, kita bisa meningkatkan kecepatannya dengan menggunakan tombol cruise control. Bagi Ranger bertransmisi manual disediakan fitur hill-hold yang dapat menahan mobil agar tidak mati selama dua detik sebelum harus menekan pedal kopling. Pilihan low gear tersedia cukup dengan menekan tombol di konsol tengah (4x4).

Ketika low gear diaplikasi, maka respon katup diubah ke mode offroad sehingga pedal gas menjadi tak sensitif serta lebih lembut. Ini untuk mencegah akselerasi tak diinginkan, saat pedal gas tak sengaja terinjak. Apalagi kami rasakan jarak pedal gas, kopling dan rem cukup rapat. Dynamic Stability Control (DSC) milik Ranger juga dijejali sensor offroad sehingga memaksimalkan stabilitas Ranger di medan tak ramah. Di model 4x4, sistem ini dapat dimatikan agar mematikan kontrol understeer dan oversteer sementara memaksimalkan intervensi kontrol traksi. Setting ini sangat sesuai di medan berpasir seperti di pantai atau lumpur.

Itulah mengapa Sam Ellis, supervisor dinamika Ranger dari Ford Asia Pasific mengatakan, “Ranger adalah kendaraan yang sangat mantap/stabil bahkan saat melintasi medan berat.” Ford mengembangkan system ESC dan ABS yang mampu mendeteksi permukaan low-adhesion seperti jalan gravel untuk dapat beradaptasi sempurna. Tim pengembangan Ranger juga bekerja keras untuk mengurangi kebisingan dengan memasang dudukan karet yang menopang bak. Karet ini diisi dengan ethylene glycol agar dapat meredam benturan, getaran, dan bunyi ke dalam kabin. Fitur-fitur tersebut sangat berguna saat Ford Ranger melahap medan khas outback (berbatu) dengan kemiringan cukup ekstrim 40-45 derajat.

Cukup arahkan putar ‘knob’ ke posisi 4 L, masukkan transmisi ke gear satu, lepaskan kopling dan biarkan mobil merangkak perlahan. Berkat approach angle 29 derajat dan departure angle 20 derajat, tak sulit bagi Ranger untuk menghadapi tanjakan seperti ini. Kami kemudian mengaktifkan Locking Rear Differential dengan cara menekan tombol di dashboard. Secara elektronik roda belakang terhubung/terkunci satu dengan lainnya (kiri dan kanan) sehingga berguna untuk menghadapi medan berat, dan berlumpur. Hasilnya sangat menggembirakan. Ranger terasa sangat lekat dengan medan berbatu tanpa menunjukkan gejala kehilangan grip. Begitu menurun, cukup aktifkan fitur hill descent control, prosesi menurut menjadi sangat mudah. Kombinasi ini memberikan kualitas yang akan menggembirakan hati para off-roader.

No comments:

Post a Comment